Film Terminator adalah Bocoran Masa Depan, Benarkah?

Ichwan Ramadhanil
3 min readSep 23, 2020

--

Dewasa ini, kita sering disibukkan oleh berbagai aktivitas yang menuntut paksa pelibatan teknologi di dalamnya. Bahkan, artikel ini pun ditulis dengan melibatkan penggunaan teknologi. Namun, Apakah semua teknologi itu benar-benar menguntungkan kita?

Salah satu manifestasi dari teknologi adalah kecerdasan buatan (artificial inteligence). Michelle Doe (2016: 27) berpendapat bahwa kecerdasan buatan merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdapat entitas ilmiah yang berfungsi untuk memproses data eksternal secara cepat dan akurat. Contoh dari kecerdasan buatan adalah robot humanoid atau cyborg yang kita lihat dalam film terminator.

Cyborg tersebut mampu menirukan aktivitas yang dilakukan manusia dan bahkan mampu berpikir layaknya manusia. Melihat perkembangan teknologi saat ini bukan tidak mungkin bahwa pada masa depan akan lahir kecerdasan buatan dengan kemampuan yang sama seperti yang ada pada film terminator 1,2 dst.. Salah satu perkembangan teknologi kecerdasan buatan yang cukup impresif pada abad ini adalah Sophia. Sophia sendiri dikenal sebagai robot humanoid paling mutakhir yang memiliki kemampuan layaknya manusia. Ia diciptakan oleh perusahaan teknologi Hanson Robotics yang bermarkas di Hong Kong, dan mulai diaktifkan pada 14 Februari 2016.

Sophia mampu mengekspresikan puluhan ekspresi wajah manusia dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya. Bahkan, Sophia adalah robot pertama yang mempunyai kewarganegaraan, yaitu berkewarganegaraan Arab Saudi.

Penemuan impresif ini menimbulkan tanggung jawab sekaligus tantangan tentang bagaimana memanfaatkan kecerdasan buatan ini tetap pada batasnya sehingga eksistensi umat manusia akan terus ada di muka bumi.

Berdasarkan pendekatan VUCA, ada beberapa aspek yang patut kita berikan atensi lebih untuk menghadapi tantangan tersebut.

VUCA merupakan akronim untuk Volatile (bergejolak), Uncertain (tidak pasti), Complex (kompleks), dan Ambiguity (tidak jelas), merupakan gambaran situasi di dunia masa kini yang mengakibatkan sesuatu dapat menjadi lebih baik ataupun menjadi lebih buruk

Di sisi Volatile (bergejolak), kemajuan teknologi di bidang kecerdasan makin berkembang pesat dan hampir tak terkendali. Jika dianalogikan ke dalam bidang lain, kita misalkan saja Facebook. Tiga belas tahun yang lalu tidak ada yang bakal mengira seseorang dapat berkomunikasi dengan orang di seluruh dunia hanya melalui sebuah alat, tetapi faktanya itu semua benar-benar terwujud pada saat ini. Demikian juga kecerdasan buatan, tidak ada yang bakal mengira bahwa pada tahun 2016 hadir sebuah robot humanoid pertama dengan intelijensi hampir menyerupai manusia.

Di sisi Uncertain (tidak pasti), perkembangan teknologi kecerdasan buatan masih belum pasti arahnya apakah benar-benar akan menguntungkan umat manusia di masa depan ataukah menjadi awal dari kehancuran umat manusia

Di sisi Complex (kompleks), teknologi kecerdasan buatan yang salah satunya akan menghasilkan robot humanoid atau cyborg akan menimbulkan berbagai masalah kompleks, seperti tergantikannya peran tenaga kerja manusia sehingga menciptakan pengangguran yang lebih banyak lagi, rawan disalahgunakan, adanya masalah etis, masalah agama, dan budaya.

Di sisi ambiguity (tidak jelas), perkembangan teknologi kecerdasan buatan masih menjadi misteri sampai pada detik ini, apakah benar-benar dimanfaatkan untuk tujuan membantu kehidupan umat manusia ataukah sebagai alat atau senjata yang digunakan untuk memperoleh status quo sebagai pihak bergelar adidaya

Demikian hal-hal yang harus kita perhatikan agar penggambaran kemajuan teknologi kecerdasan buatan seperti pada film terminator tersebut tidak menjadi sebuah kenyataan yang mengancam kehidupan umat manusia di masa depan, tetapi menjadi sebuah keuntungan yang bisa kita manfaatkan sesuai dengan batasnya masing-masing. Hal ini adalah tantangan dan tanggung jawab kita bersama sebagai umat manusia

Ichwan Ramadhanil | K-157

#TantanganMasaDepan #DuniaVUCA #OSKMITB2020 #TerangKembali

--

--